Penerapan Proses Manajemen K3 di Lingkungan Perkuliahan

Penerapan Proses Manajemen K3 di Lingkungan Perkuliahan
Penerapan Proses Manajemen K3 di Lingkungan Perkuliahan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal utama yang harus selalu diterapkan oleh siapapun di lingkungan manapun, dan wajib dikuasai bagi Anda yang berprofesi sebagai Ahli K3 Umum. Kenyataannya kurangnya kepedulian orang terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) masih terus berlanjut hingga saat ini. 

Lingkungan kampus atau tempat perkuliahan juga merupakan titik vital dimana orang yang berada dikawasan tersebut diharapkan bisa melakukan penerapan terhadap manajemen K3. 

Tidak menutup kemungkinan bahwa Lingkungan perkuliahan juga memiliki peluang akan terjadinya Accidents. Kecelakaan mungkin bisa terjadi di ruangan Laboratorium dimana mahasiswa biasa melakukan kegiatan praktikum, kecelakaan juga bisa terjadi bagi staff perkuliahan ataupun bagi dosen sekalipun.

Tentunya untuk mencegah segala hal atau segala kemungkinan terjadinya Accidents diperlukan adanya manajemen K3. Dengan adanya manajemen K3 di lingkungan perkuliahan maka ukuran kemungkinan kerugian terhadap  keselamatan umum, harta benda, jiwa dan manusia dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi pada lingkungan perkuliahan dapat diminimalisir dan dilakukan pengendalian risiko.

Dalam penerapannya harus bisa dikatakan sebagai zero accident tidak boleh ada accident sedikitpun. Manajemen risiko pada hakikatnya dimulai dengan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko, dan mengendalikan risiko. Tiga(3) Aspek tadi merupakan pilar utama dari manajemen risiko K3.

Mengidentifikasi Bahaya K3 di Lingkungan Perkuliahan

Mengidentifikasi bahaya merupakan kegiatan yang menguraikan suatu risiko dengan cara menentukan besarnya kemungkinan dan tingkat keparahan dari akibat suatu risiko bahaya.

Cara sederhana untuk memulai menentukan bahaya dapat dilakukan dengan membagi area kerja berdasarkan kelompok seperti, kegiatan-kegiatan (seperti pekerjaan pengelasan, dan pengolahan data), lokasi (kantor, gudang, lapangan), aturan-aturan(pekerja kantor, atau bagian elektrik), fungsi atau proses produksi (adminitrasi, pembakaran, pembersihan, penerimaan, finishing). 

Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya, dan jenis kecelakaan serta penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi.

Penilaian tingkat risiko dapat dilakukan dengan cara membandingkannya terhadap tingkat standar risiko yang telah dapat ditoleransi/ditetapkan. Tingkat risiko K3 dikategorikan menjadi tiga yaitu, risiko tinggi(dimana suatu pekerjaan yang pelaksanaannya berisiko sangat membahayakan keselamatan umum), risiko sedang (dimana suatu pekerjaan yang pelaksanaannya dapat berisiko membahayakan keselamatan umum), risiko rendah(dimana suatu pekerjaan yang pelaksanaannya  tidak membahayakan keselamatan umum).

Pengendalian risiko dilakukan dengan cara eliminasi, substitusi, rekayasa teknik, pengendalian adminitrasi, dan alat pelindung diri. Komponen ini berperan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. 

Peranan kampus atau institusi perkuliahan menjadi peran penting dalam penerapannya, dimana kebijakan kebijakan dibuat langsung oleh pihak institusi perkuliahan. Contoh yang dapat dipetik seperti  peraturan peraturan tertulis yang harus ada di laboratorium

Proses manajemen risiko sangat perlu diterapkan di setiap tempat kerja, baik itu tempat kerja seperti pabrik , proyek , bahkan lingkungan perkuliahan sekalipun. Agar nantinya kegiatan yang berjalan di lingkungan perkuliahan dapat lebih produktif dan lebih menguntungkan bagi pihak institusi dan juga bagi karyawan dan mahasiswa.

Sumber: Kompasiana.com

Baca juga artikel menarik lainnya, klik link berikut: Trik dan Tips Seorang Petugas HSE Mengubah Perilaku Pekerja